BERGABUNGLAH BERSAMA ORANG-ORANG YANG BERWAWASAN DI BIDANG ANDA

2.24.2009

Persahabatan Petani dan Burung Kuntul

PETANI dan burung kuntul di kawasan pertanian Kulon Progo dan Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, seperti dua sahabat.

PETANI dan burung kuntul di kawasan pertanian Kulon Progo dan Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, seperti dua sahabat. Dua kali dalam sehari keduanya saling menyapa dan bekerja bersama-sama demi kelangsungan hidup generasi masing-masing.

Pagi hari di persawahan tidak jauh dari Pantai Trisik, Kulon Progo, ratusan burung kuntul berwarna putih beterbangan di atas kepala petani yang baru datang ke sawah. Mereka berputar-putar mengepakkan sayap seolah menjalankan prosesi penyambutan. Sang petani membalas sambutan itu dengan teriakan "husssyaaaa" berkali-kali. Suasana pagi pun menjadi ramai dan riang.
Ketika petani mulai mencangkul sawah yang basah, ratusan kuntul mendarat tak jauh dari petani. Tidak ada kesan takut pada burung kuntul untuk berdekatan dengan manusia. Mereka mengikuti ke mana arah petani mencangkul untuk mencari binatang kecil yang bisa disantap.

Jika petani menghidupkan traktor dan mulai membajak sawah, burung-burung itu pun berbaris mengikuti traktor dari belakang. Inilah barangkali arti harfiah "holopis kuntul baris". Karena banyaknya kuntul yang mengikuti traktor, dari kejauhan barisan mereka tampak seperti garis putih yang bergerak seperti gelombang. Pemandangan seperti itu berlangsung hingga sore hari.

Ketika petani bersiap pulang ke rumah, ratusan kuntul itu pun terbang menuju sarang. Mereka terbang seperti titik-titik hitam di angkasa dalam bingkai matahari sore yang bundar dan berwarna jingga.

Kuntul-kuntul itu kebanyakan berjenis kuntul kerbau (Bubulcus ibis). Dinamai demikian, karena dulu mereka sering hinggap di punggung kerbau yang sedang membajak. Karena itu, sekarang burung seperti itu sepatutnya dinamai kuntul traktor, karena hinggap di atas traktor. Selain itu, ada sekelompok kuntul kecil (Egretta garzeta) dan kuntul perak (Egretta intermedia) yang sering ditemui di persawahan Kulon Progo dan Sleman.

Burung kuntul yang berkaki tipis dan panjang itu mendatangi persawahan di kawasan tersebut dua kali setahun, yakni pada setiap musim labuh, musim ketika petani mulai mengolah tanah untuk kemudian disemai bibit padi. Itulah saat-saat pesta bagi ribuan burung kuntul.

Para petani tidak pernah merasa terganggu oleh kehadiran kuntul, sebab kuntul memangsa hama padi seperti wereng dan belalang.

Menurut Ige Kristianto, Direktur Eksekutif Kutilang, sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bergerak dalam pelestarian burung, kuntul memakan 70 persen hama tanaman padi. Sayangnya, ia juga memakan predator hama padi. "Namun, secara matematis, keberadaan kuntul tetap menguntungkan," tutur Ige.

Sadar akan manfaat kuntul, petani tidak pernah memburu burung kuntul. Sagiman dan Suryanto, petani di Dusun Balangan, Desa Sendangrejo, Minggir, Sleman, menyatakan, petani tidak hanya tidak membunuh kuntul, mereka juga tidak akan membiarkan orang-orang memburu burung kuntul.

"Kalau ada yang datang menembaki kuntul, petani langsung mengusir kuntul agar pergi. Biasanya kuntul mengerti, dia menyingkir jauh-jauh," ungkap Sagiman.

PERSAHABATAN kuntul dan petani di kawasan itu sudah berlangsung lama. Burung kuntul di kawasan itu ada sejak puluhan tahun lalu. Setelah musim labuh selesai, mereka terbang mengembara ke daerah lain mencari sawah-sawah yang baru diolah, dan menjalin persahabatan dengan petani lain.

Belum diketahui pasti pola migrasi burung-burung kuntul di Kulon Progo dan Sleman sebab belum ada penelitian yang lengkap mengenai hal itu. Namun, Ige yang sering mengamati migrasi burung menduga burung-burung tersebut berasal dari komunitas kuntul di Ketingan, hotel tua Sriwedari di depan Hotel Ambarukmo (Sleman), dan Pakualaman (Kota Yogyakarta). Dengan demikian, burung-burung kuntul itu hanya bermigrasi secara lokal.

Komunitas kuntul di Dusun Ketingan, Desa Tirtonadi, Kecamatan Mlati, Sleman merupakan komunitas kuntul terbesar di Sleman. Ribuan kuntul bersarang di rumpun-rumpun dan atap rumah penduduk. Di sana, mereka pun diterima layaknya sahabat yang hidup berdampingan dan terlepas dari perburuan. Kehadiran kuntul membuat dusun tersebut terkenal dan dikunjungi turis asing.

Persahabatan petani dan kuntul yang langgeng dalam waktu lama tidak terlepas dari sejumlah mitos yang dipercaya sebagian petani. Suryanto percaya, burung kuntul merupakan kiriman penguasa Nyai Roro Kidul untuk menjaga sawah-sawah petani dari hama. Namun, pada saat Nyi Roro Kidul marah atas sikap petani, penguasa Laut Selatan itu mendatangkan wereng dan belalang untuk menghancurkan sawah.

Di Ketingan, sebagian penduduk menghubungkan kehadiran kuntul di dusun itu secara mendadak pada tahun 1997 dengan kunjungan Raja Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono X untuk meresmikan jalan di desa tersebut. Penduduk menganggap kuntul sebagai titipan Sultan.

Ige berpendapat, mitos yang berkembang di kalangan petani bagaimanapun menguntungkan upaya pelestarian kuntul yang sebagian dilindungi undang-undang seperti kuntul perak, kuntul kecil, kuntul China (Egretta eulophotes), dan kuntul gelang (Egretta picata). Kuntul kerbau masuk dalam Apendiks III CITES (Convention on International Trade of Endangered Species of Wild Flora and Fauna) yang berarti boleh diperdagangkan dengan izin ketat.

Namun, ada pula risikonya jika populasi komunitas-komunitas kuntul terus membengkak. Kuntul kerbau yang tubuhnya lebih besar akan mendesak kuntul kecil. Selain itu, populasi yang besar mengakibatkan persaingan mendapatkan makanan antarkuntul semakin ketat, sehingga mereka tidak lagi memakan hama melainkan juga predator hama.

TERLEPAS dari mitos tentang kuntul, petani di Sleman dan Kulon Progo, dengan caranya sendiri, telah memperlihatkan kesadaran ekologis sejak lama. Kesadaran itu tumbuh dari pengalaman pahit gagal panen akibat serangan hama wereng.

Namun, menjaga kelestarian kuntul saja dianggap tidak cukup sebab selama beberapa tahun ini sawah-sawah petani diserang hama tikus yang tidak dimangsa oleh kuntul. Sagiman menyebutkan, tahun ini dia mengalami dua kali serangan hama tikus yang mengakibatkan sawahnya seluas 2.000 meter persegi gagal panen.

Hama tikus saat ini digambarkan seperti sepasukan mahluk hitam yang menyerbu sawah dalam satu malam. Pagi harinya mereka telah lenyap dan hanya meninggalkan tanaman padi yang telah hancur.
Sumber: KCM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tuangkan ide-ide anda